Kamis, 14 Mei 2015






ILMU BUDAYA DASAR


                NAMA    : Hari Angga Pranata
                      NPM       : 14114788
                      KELAS   : 1 KA27



Universitas Gunadarma
2015-2016

.   

          MANUSIA DAN CINTA KASIH  :
Cinta adalah sebuah Emosi dari Afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang
diinginkan objek.
Kita harus saling kasih sayaang sesama manusia,kalau kita saling menyayangi sesama manusia kita akan mendapatkan padalah oleh ALLAH.untuk itu kita harus saling menyayangi sesama makhluk hidup.

Cinta dalam pandangan Al-Quran biasa diilustrasikan dengan kata hubb. Ia berarti benih atau pil atau obat. Artinya, seorang yang sedang dimabuk cinta harus diobati dengan mempertemukannya dengan yang dicintainya. Sedangkan dalam perspektif Al-Ghazali, cinta adalah suatu kecenderungan terhadap sesuatu yang memberikan manfaat dengan mengharap ridha Allah.

Menurut Ibnu Arabi, cinta selalu identik dengan ketulusan dan kesucian dari segala sifat, sehingga tidak ada tujuan lain selain keinginan bersama yang dicintai (Allah). Hakikat cinta tertinggi dalam Islam adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta keinginan untuk senantiasa dekat dengan-Nya.
Allah SWT berfirman, “Katakan (wahai Muhammad) jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali-Imron: 31).
Cinta Kepada ALLAH
Cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya. tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi juga dalam tindakan dan tingkah lakunya, semua tingkah laku dan tindakan ditujukan kepada Allah. Dan didalam rukun iman pun percaya kepada Allah adalah rukun yang pertama. Maka dari rukun itu kita dapat menyimpulkan bahwa cinta kepada Allah SWT adalah sangat penting. Dalam firman Allah di dalam Al-Quran Dijelaskan
umat islam mempunya rukun iman itu harus di laksanakan dan harus kita amalkan bagi umat islam itu dasar umat islam untuk mentaatinya.
 Katakanlah: Jika memang kamu cinta kepada Allah, maka turutkanlah aku, niscaya cinta pula Allah kepada kamu dan akan diampuniNya dosa-dosa kamu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi penyanyang. ( Qs. Ali- Imran 3:31)
Didalam Firman Allah tersebut bahwa kita di tegaskan yaitu selain kita harus percaya dan mencintai ALLAH  SWT kita haru melaksanakn Perintah nya dan kita Menjauhi Larangan nya maka dari itu niscaya Allah akan mencintai dan menghapus dosa dosa kita semua.
Kesimpulan : seluruh umat mau itu agama apa saja harus saling menyayangi sesama makhluk hidup kalau kita saling menyayangi sesama kita akan di sayangi juga sesama manusia,.

Referensi : (Qs.Ali- Imron 3:31)
                   (Qs.Ali Imron 31)














MANUSIA DAN PENDERITAAN :

manusia adalah makhluk mulia yang dibentuk dari kesatuan antara jasad dan jiwa. Dari penjelasan di atas, agamawan dapat berkomentar, bahwa pengetahuan tentang manusia demikian itu disebabkan karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dalam unsur penciptaannya terdapat ruh Ilahi sedang manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh, kecuali sedikit " Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.(QSAl-Isra'[17]:85)."

            Dr. M. Quraish Shihab mengutarakan " Ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada manusia.
1.      Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, nas, atau unas.
2.      Menggunakan kata basyar.
3.      Menggunakan kata Bani Adam, dan zuriyat Adam.
Uraian ini akan mengarahkan pandangan secara khusus kepada kata basyar dan kata insan. Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Al-Quran menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad Saw. diperintahkan untuk menyampaikan bahwa, "Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu (QS Al-Kahf [18]: 110)".

Sumber : AL-Qu’ran (QSAl-Isra'[17]:85)
                AL-Qu’ran (QS Al-Kahf [18]: 110)




MANUSIA DAN KEADILAN :
Al Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang terdapat rangkaian petunjuk bagi umat islam dalam menuju kehidupan yang bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat. Al Qur’an diturunkan hanya untuk suatu umat a tau suatu abad tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa. Isi yang terkandung di dalam Al Qur’an tidak hanya mengajarkan tentang ibadah namun terdapat hubungan seorang manusia dengan Allah SWT, antar sesama manusia dan mengajarkan nilai-nilai kebenaran secara universal. Petunjuk di dalam Al Qur’an yang menjadi pedoman bagi umat islam dalam menuju kesempurnaan dalam kehidupan.
ata ‘adil di dalam Al-Quran memiliki aspek dan objek yang beragam, begitu pula pelakunya. Keragaman tersebut mengakibatkan keragaman makna ‘adil (keadilan). Menurut penelitian M. Quraish Shihab, paling tidak ada empat makna keadilan.
Pertama, ‘adl dalam arti “sama”. Pengertian ini yang paling banyak terdapat di dalam al-Qur’an,  Kata ‘adl dengan arti sama (persamaan) pada ayat-ayat tersebut yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Salah satu ayat di dalam Surat An-Nisa’ (4): 58, yang di nyatakan,
وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ
 Apabila [kamu] menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kamu menetapkan dengan adil).

Kedua, ‘adl dalam arti “seimbang”. Pengertian ini ditemukan di dalam Surat al-Infithar (82): 7. Pada ayat yang disebutkan terakhir, yang dinyatakan,

Macam-macam Keadilan dalam Islam
Islam menyuruh adil dalam berbicara, walaupun perkataan ini membuat keluarga kita marah: (Dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu) ) (QS. al An’am: 152)
Islam menyuruh adil dalam kesaksian jika kita diminta untuk bersaksi, walaupun kesaksian ini menyulitkan kita atau menyulitkan orang yang disaksikan, karena ia adalah kesaksian karena Allah:
(Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah.) (QS. ath Thalaq: 2)
(Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil.) (QS. al Maidah: 8)



Islam menyuruh adil dalam memutuskan hukum, Allah berfirman: (Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.) (QS. an Nisaa’: 58)

Kesimpulan :berarti kita harus hidup di dunia ini dengan adil sesama manusia,karna dari keadilan itulah kita sejahtera sesama manusia dan bisa di percaya oleh seseorang dan tidak boleh serakah kepada orang lain yang berhak dya dapatkan dari seseorang,dan juga kita harus adil dalam diri kita untuk tidak berserakah apa yang orang lain berhak mendapatkannya jangan kita ambil.
contohnya : seperti pejabat-pejabat di indinesia mereka ada yang tidak adil dalam menjalankan tugasnya,mengambil hak orang lain yang bukan miliknya.
Referensi : surat :   An- nisa (4) : 58
                             Al- infithar (58) : 7
                             (QS. al An’am :125)
                             (QS. ath Thalaq: 2)
                             (QS. al Maidah: 8)        
                             (QS. an Nisaa’: 58)













MANUSIA DAN KEINDAHAN :
Manusia sebagai makhluk sempurna yang memiliki akal dan budi pekerti pasti menginginkan keindahan dalam berbagai hal karena keindahan adalah wujud dari harmonisasi antar elemen yang berbeda yang saling menyatu menjadi sesuatu hal yang enak untuk dirasakan oleh indra manusia. Keindahan juga merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan sesuai dengan mata yang melihatnya.
Dalam kajian agama, khususnya agama Islam keindahan sudah dibahas dalam Alqur'an. Al-Qur’an itu indah. Indah dari segi bahasa, indah dari segi makna, indah dari segala sisi yang akan mewarnai kehidupan manusia. Dengan hanya mendengar bacaan al-Qur’an, hati bisa tersentuh, apalagi jika kita memahami makna yang terkandung di dalamnya. Banyak hal yang memberikan rasa takjub jika berkaitan dengan al-Qur’an, walau hanya dengan mendengar orang membacanya. Pada masa Nabi Saw, kita tahu betapa kerasnya Umar bin Khatab menentang Nabi Saw, namun ketika mendengar bacaan al-Qur’an hatinya sangat tersentuh. Begitu juga seorang kafir Quraisy yang sangat menentang Nabi, yaitu Walid bin Mughirah, seorang pemuda yang terkenal ahli sastra dan intelektual di masanya karena mempunyai banyak keahlian, namun dia seakan merasa tersihir mendengar bacaan al-Qur’an karena keindahan bahasa yang dia dengar dan maknanya yang begitu dalam. Tapi karena keegoaannyalah, dia tidak mau mengakuinya, tapi malah mengatakan Nabi sebagai tukang sihir.

Dalam surat Al A'raaf (7) ayat 26 Allah SWT berfirman :
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. “

Dalam surat Al A'raaf (7) ayat 31 Allah SWT berfirman :
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid[534], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. “

karena kalau kita membuka aurat itu kita akan menggodain orang lain khususnya para wanita itu biasa menggdoain para laki laki dan membikin hawa nafsu laki laki menjadi seperti setan Dari 2 surah tersebut janganlah seluruh umat menapakan auratnya kepada orang lain. maka dari itu haruslah berpakaian yang sopan dan tidak mencolok di mata penampilannya tersebut.

Referensi : AL-QURAN surat Al A'raaf (7) ayat 26
                   AL-QURAN  surat Al A'raaf (7) ayat 31